Dunia investasi memang sangat menggiurkan dan jika sudah tahu ilmunya maka keuntungan yang didapat tidak main-main jumlahnya. Jenis instrumen / produk investasi sendiri ada banyak, dan dua di antaranya adalah saham serta obligasi. Kerap dianggap sama padahal ada perbedaan saham dan obligasi.

Agar memanen hasil investasi yang maksimal di masa depan nanti, pastikan untuk memilih produk investasi yang tepat dan sesuai dengan profil masing-masing. Baik saham atau pun obligasi, pemodal harus tahu apa definisi masing-masing dan apa perbedaan dari keduanya.

Definisi Saham dan Obligasi

Agar lebih mudah untuk memahami apa saja perbedaan saham dan obligasi, pertama pahami dulu apa definisi masing-masing dari kedua jenis instrumen investasi ini. Berikut detailnya:

1. Saham

Saham adalah bentuk investasi berupa kepemilikan seseorang atau individu atas aset yang dimiliki oleh pihak yang menerbitkan saham tadi, bisa berupa perusahaan atau pun emiten. Saham diterbitkan di pasar uang dalam bentuk dokumen yang bisa dijual belikan oleh publik. 

Seseorang yang memiliki saham di suatu perusahaan bisa ikut merasakan keuntungan / laba yang didapat oleh perusahaan tersebut. Selain itu, kepemilikan saham juga membuat seseorang memiliki hak atas suara di perusahaan yang bersangkutan. 

Namun, hak suara ini biasanya hanya didapat oleh pemegang saham preferen (saham istimewa yang jumlahnya lebih banyak daripada pemegang saham lain). Sedangkan untuk keuntungan berupa laba, jumlahnya tergantung pada berapa banyak saham yang dimiliki. 

Jika pasar investasi, keuntungan yang didapat oleh pemilik saham disebut sebagai dividen (hadiah yang diberikan perusahaan kepada orang yang memiliki saham di perusahaan). 

Baca Juga  Investasi Real Estate: Panduan Lengkap untuk Meraih Keuntungan dari Properti

Sama dengan hak suara, jumlah dividen yang didapat juga sangat tergantung pada jumlah saham yang dimiliki. Semakin banyak sahamnya, maka semakin besar pula dividen yang bisa dikantongi.

2. Obligasi (Bonds)

Obligasi adalah istilah untuk menyebut surat utang, yang biasanya diterbitkan / dikeluarkan oleh pemerintah dan perusahaan swasta di pasar modal. Disebut surat utang karena pihak yang mengeluarkannya memang akan berhutang kepada orang yang memberikan dana (pemodal) dalam jangka waktu tertentu. 

Jadi, dapat dikatakan bahwa obligasi merupakan surat perjanjian hutang. Sebagai bentuk terima kasih atas pinjaman dana tadi, pihak yang berhutang akan memberikan keuntungan kepada pemodal dalam bentuk bunga, yang bisa diberikan secara berjangka atau di akhir waktu pembayaran utang (saat jatuh tempo). 

Namun, ada juga obligasi yang tidak memberikan bunga. Biasanya untuk jenis ini, keuntungan yang didapat oleh pemodal adalah harga diskon saat awal membeli obligasi. Sama seperti saham, obligasi juga bisa dijual kembali. Selanjutnya obligasi dibedakan menjadi dua jenis berikut ini:

  • Unsecured bonds: obligasi tanpa jaminan / hanya berdasarkan kepercayaan. Contohnya adalah subordinate bonds dan obligasi yang diterbitkan oleh instansi pemerintah.
  • Secured bonds: obligasi yang memiliki jaminan. Jenisnya ada banyak, seperti guaranteed bonds (obligasi dengan garansi), mortgage bonds (obligasi yang jaminannya berupa harga benda), collateral bonds (obligasi dengan jaminan efek), equipment bonds (obligasi yang jaminannya berupa peralatan).

Sejumlah Perbedaan Saham dan Obligasi 

1. Masa Berlaku

Masa berlaku untuk saham adalah selama perusahaan tempat membeli saham masih beroperasi dan bukti dari kepemilikan sama masih ada. Sedangkan untuk surat utang / obligasi, masa berlakunya tertera di dalam perjanjian (misalnya 6 bulan, 1 tahun, atau lebih). 

Jadi, masa berlaku obligasi tergantung pada kebijakan dari pihak yang mengeluarkan obligasi tadi. Jika ingin bentuk investasi dalam jangka panjang, maka saham adalah pilihan yang lebih baik, namun pastikan untuk membeli dari perusahaan yang bagus agar hasil yang didapat juga maksimal.

Baca Juga  Emiten Adalah: Pengertian, Fungsi, Tujuan dan Contohnya!

Sedangkan untuk obligasi lebih cocok sebagai investasi jangka pendek dan untuk pemula karena lebih rendah resiko jika dibanding dengan saham.

2. Keuntungan

Secara garis besar, keuntungan yang didapat dari investasi jenis apapun sebenarnya bersifat fluktuatif, termasuk juga untuk saham. Artinya, tingkat keuntungan dari investasi saham sulit untuk diprediksi dan jumlahnya juga bisa berubah kapan saja tergantung pada kinerja dari perusahaan tempat membeli saham. 

Sedangkan untuk surat utang, keuntungan yang didapatkan biasanya cenderung lebih stabil sejak awal membeli hingga masa perjanjian habis / jatuh tempo. Selain itu, bunga dari surat utang biasanya akan diberikan setiap bulan. 

Jadi untuk pemodal pemula yang ingin merasakan keuntungan investasi setiap bulan, belum berani mengambil resiko tinggi dalam berinvestasi, atau untuk pemodal dengan dana terbatas dan ingin pilihan investasi yang lebih aman, maka obligasi lebih cocok untuk dibeli. 

Sedangkan untuk pemodal yang ingin mendapatkan untung besar di masa depan dan berani dengan resiko tinggi, maka bisa mempertimbangkan saham.

3. Hak Pemodal

Perbedaan saham dan obligasi lainnya adalah hak yang didapat oleh pemodal. Jika membeli saham, maka pemiliknya memiliki hak suara dan hak atas laba perusahaan yang jumlahnya bisa banyak atau sedikit tergantung jumlah saham yang dimiliki. 

Sedangkan pada obligasi, orang yang membelinya hanya memiliki status sebagai pemberi utang, dan tidak memiliki hak suara serta hak atas laba perusahaan.

4. Sistem Pemotongan Pajak

Salah satu hal di dunia investasi yang mungkin tidak diketahui banyak orang adalah pajak. Hampir semua instrumen investasi akan dikenakan pajak, termasuk saham dan obligasi, namun keduanya memiliki sistem pemotongan pajak yang berbeda. 

Baca Juga  Saham Adalah : Pengertian, Jenis, Keuntungan dan Contohnya!

Jika berinvestasi pada saham, dan saat nantinya memperoleh dividen, maka total dividen yang didapatkan akan dipotong pajak sebelum akhirnya masuk ke kantong pribadi. Namun untuk obligasi, pemotongan pajak dilakukan saat mendapat bunga obligasi pertama dan setelahnya tidak dipotong pajak lagi.

5. Harga Jual-Beli

Saham termasuk salah satu instrumen investasi yang memiliki tingkat resiko tinggi karena harganya yang tidak stabil, dan harga ini sangat mudah terpengaruh oleh sejumlah hal seperti berikut:

  • Perubahan kondisi politik
  • Adanya inflasi
  • Terjadi resesi ekonomi
  • Gejolak kondisi ekonomi di sebuah negara atau daerah yang menjadi lokasi dari perusahaan tempat membeli saham.
  • Kondisi dari perusahaan itu sendiri, seperti kinerja, citra perusahaan di mata publik, jumlah laba, isu negatif, dan sebagainya.

Saat mengalami salah satu dari kondisi di atas, harga saham bisa anjlok / turun dengan cepat. Namun pada obligasi, harga jual beli tergantung lebih stabil meskipun mengalami salah satu kondisi di atas.

6. Kebijakan Pengembalian Dana

Perbedaan saham dan obligasi yang terakhir terletak pada kebijakan pihak penerbit saat terjadi kemungkinan buruk seperti pailit. 

Ketika sebuah perusahaan yang menerbitkan saham mengalami kebangkrutan, maka perusahaan akan terlebih dahulu melunasi utang dan berbagai tanggungan lainnya, barulah sisa dananya akan dibagikan kepada pemegang saham. Sedangkan pada obligasi sistemnya justru kebalikannya. 

Saat penerbit obligasi mengalami pailit, maka penerbit akan menjual berbagai aset / harta benda agar bisa menjadi uang, kemudian menagih utang dari rekan bisnis, dan selanjutnya akan digunakan untuk melunasi utang kepada pemilik surat utang / obligasi tadi. Jadi dalam hal ini, pemilik obligasi akan diprioritaskan.

Ada banyak perbedaan saham dan obligasi seperti enam daftar di atas. Sementara untuk persamaan keduanya adalah bentuknya sama-sama berupa dokumen, dapat diperjual belikan secara publik, dan merupakan surat berharga.

Author