Investasi jangka panjang cocok dipilih oleh orang-orang yang ingin memiliki tabungan tanpa resiko sering diambil dan hasilnya bisa dinikmati di masa depan termasuk di hari tua. Ajakan untuk berinvestasi sendiri memang sangat gencar dalam beberapa tahun terakhir, terutama di kalangan anak muda. 

Meski hasil dari investasi terdengar sangat menggiurkan, namun aktivitas ini tidak boleh dilakukan secara gegabah, asal-asalan, apalagi hanya untuk gaya-gayaan. Investasi harus disertai dengan ilmu dan wawasan, seperti salah satunya mengetahui apa saja ragam produk investasi yang tepat untuk dijajal.

Jenis-jenis Investasi

Berdasarkan jangka waktunya, investasi dibagi menjadi dua macam, yaitu investasi jangka pendek dan panjang. Investasi jangka panjang adalah kegiatan menanam atau menyetorkan modal dalam suatu produk investasi dan keuntungannya dapat dinikmati setelah waktu yang cukup lama.

Biasanya, target waktu untuk investasi jenis ini adalah lebih dari 1 tahun. Sedangkan untuk investasi jangka pendek bisa mulai dari 1 bulan hingga maksimal 1 tahun. Perbedaan lainnya adalah investasi jangka pendek cocok untuk pemula, sedangkan jangka panjang lebih tepat untuk yang sudah berpengalaman.

Berbagai Kelebihan Investasi Jangka Panjang

Keuntungan utama dari investasi dalam jangka waktu panjang adalah memiliki pasif income (pendapatan pasif) yang besar. Ada juga sejumlah kelebihan lain seperti berikut ini:

  • Berpotensi untuk mengantongi keuntungan yang berjumlah besar di masa depan.
  • Skala period yang lebar membuat investasi jenis ini tidak memakan waktu dalam hal pengelolaan karena pengecekannya bisa sesekali.
  • Pemodal yang memilih jenis investasi jangka panjang tidak perlu mencemaskan soal fluktuasi harga yang berubah dalam hitungan hari atau bulan.
  • Berinvestasi dalam jangka panjang termasuk lebih murah dalam hal pajak dan biaya transaksi jika dibanding dengan investasi jangka pendek.
  • Pemodal memiliki banyak waktu untuk menentukan tindakan apa yang perlu dilakukan terkait dengan produk investasi yang sudah dipilih.
  • Pada produk investasi tertentu, misalnya properti, harga aset cenderung terus mengalami kenaikan seiring waktu sehingga investasi dalam jangka panjang lebih minim resiko
Baca Juga  Jenis-Jenis Investasi yang Menguntungkan dan Populer di Indonesia

Daftar Risiko Investasi Jangka Panjang yang Wajib Diketahui

Saat ada kelebihan, tentunya akan ada kekurangannya juga. Sangat penting untuk tahu apa saja kekurangan atau resiko dari jenis investasi ini agar dapat dijadikan pertimbangan. Inilah beberapa risiko paling umum yang harus siap dihadapi oleh pemodal jangka panjang:

1. Risiko Inflasi

Risiko daya beli atau disebut juga inflasi adalah kenaikan harga konsumsi yang membuat daya beli masyarakat menurun. Salah satu penyebab utama dari kondisi ini adalah jumlah uang yang beredar di masyarakat terlalu banyak. 

Hal ini membuat nilai uang itu sendiri menjadi berkurang. Lantas, apa hubungannya dengan investasi? Saat nilai dari mata uang menjadi lebih sedikit / rendah, maka secara otomatis modal yang diinvestasikan tadi juga akan ikut menurun.

Sebagai contoh, pemodal yang memegang sekitar 40% dari uang tunai Rp10.000.000 dan dengan inflasi yang berjalan pada persentase 5%, maka nilai dari uang tadi akan berkurang sekitar Rp2.000.0000 setiap tahunnya.

2. Risiko Pasar

Risiko yang satu ini termasuk cukup sulit untuk dihindari oleh orang-orang yang terjun dalam dunia investasi jangka panjang. Skenario terburuk pada risiko pasar untuk para pemodal adalah capital loss.

Penyebab dari risiko ini sendiri adalah sentimen keuangan, atau yang dikenal juga dengan istilah “risiko sistemik”. Sejumlah faktor yang menjadi pemicu dari timbulnya risiko ini adalah wilayah atau negara yang menjadi tempat berinvestasi sedang dalam kondisi tidak baik karena sejumlah hal seperti di bawah ini:

  • Resesi ekonomi
  • Kerusuhan sipil
  • Kondisi politik tidak stabil
  • Adanya isu negatif
Baca Juga  Saham Adalah : Pengertian, Jenis, Keuntungan dan Contohnya!

3. Risiko Suku Bunga

Risiko ini bisa muncul jika ada nilai relatif aktiva berbunga karena adanya kenaikan suku bunga, misalnya pada produk investasi berupa obligasi dan pinjaman. Saat suku bunga pinjaman atau obligasi naik, maka harga dari obligasi itu sendiri akan mengalami penurunan. 

Namun, risiko dari suku bunga ini biasanya dapat dibaca oleh para pemodal yang memang sudah ahli, dan saat situasi ini terjadi biasanya pemodal sudah tahu tindakan apa yang perlu dilakukan agar tidak mengalami kerugian lebih besar.

Contoh Investasi Jangka Panjang yang Paling Populer di Kalangan Pemodal

1. Emas

Emas merupakan salah satu produk investasi paling populer dan banyak disukai karena lebih minim resiko dan biasanya juga tidak terpengaruh dengan kondisi pasar modal. 

Produk investasi ini bahkan bisa masuk dalam kategori investasi jangka pendek dan panjang karena bisa dijual cepat atau disimpan dalam waktu yang lama baru kemudian dijual ketiga harganya mengalami kenaikan. 

Salah satu keuntungan berinvestasi pada emas batangan alias logam mulia adalah nilainya cenderung naik dari waktu ke waktu, sama seperti properti. Emas lebih aman dari risiko inflasi, harganya hampir tidak pernah turun, dan proses pencariannya juga sangat mudah jika dibanding dengan produk investasi lain.

2. Tanah dan Bangunan

Sudah sejak lama tanah dan bangunan menjadi instrumen investasi jangka panjang yang banyak digemari karena nilainya cenderung naik dari waktu ke waktu, mirip dengan emas batangan. Artinya, berinvestasi pada tanah atau bangunan memiliki tingkat keuntungan yang besar. 

Namun di sisi lain, modal untuk berinvestasi pada tanah dan bangunan juga cukup besar, bisa ratusan bahkan milyaran rupiah. Jika modalnya masih minim namun ingin mencoba investasi bangunan, maka bisa memanfaatkan produk kredit pembelian properti. 

Baca Juga  Generasi Z dan Investasi: Cara Mereka Mengubah Lanskap Keuangan

3. Obligasi

Selain emas, obligasi adalah pilihan investasi lain yang populer karena dinilai lebih aman. Obligasi sendiri merupakan surat utang yang diterbitkan oleh negara di pasar modal, dan dapat dijual belikan oleh publik. Jika di Indonesia, namanya adalah ORI (Obligasi Ritel Indonesia). 

Cara mendapatkan ORI di masa sekarang sudah jauh lebih mudah yaitu lewat bank negara dan swasta yang ikut memasarkannya. Nilai investasi obligasi termasuk ringan mulai dari 1 jutaan, dan untuk jatuh tempo sekitar 2-3 tahun.

4. Asuransi Unit Link

Asuransi Unit Link adalah instrumen investasi jangka panjang yang dikombinasikan dengan asuransi. Jadi dalam asuransi unit link, dana dari pemodal akan dibagi menjadi dua, yaitu untuk membeli premi asuransi dan untuk dijadikan investasi yang dikelola oleh manajer profesional.

5. Saham

Jenis investasi ini juga termasuk populer meskipun terbilang tidak mudah. Saham sebenarnya bisa menjadi investasi jangka pendek maupun panjang tergantung pemodal itu sendiri. 

Keuntungan memiliki saham adalah bisa ikut merasakan menjadi owner dari sebuah perusahaan, namun hal ini juga tergantung pada jumlah saham yang dimiliki. Semakin besar sahamnya, maka semakin besar juga hak atas suara dan keuntungan yang didapat oleh perusahaan. 

Jadi saat perusahaan membutuhkan voting suara untuk mengambil keputusan tertentu misal, maka pemilik saham mayoritas bisa ikut serta. Ketika perusahaan mendapatkan laba, maka pemegang saham berhak ikut mendapatkannya dengan persentase tergantung jumlah saham yang dimilikinya.

Kesimpulannya, investasi jangka panjang memiliki tingkat keuntungan yang lebih besar namun juga disertai dengan risiko yang besar pula. Investasi ini lebih cocok untuk pemodal berpengalaman. Pada beberapa produk investasi, jumlah modal yang dibutuhkan bahkan juga bisa besar, misalnya pada properti.

Author